Melestarikan Budaya
Gotong Royong
Sudah
lama kita menanti hadirnya suatu kehidupan bangsa ini agar lebih baik, hidup
penuh kedamaian dan kegotong-royongan sebagaimana nenek moyang kita dahulu.
Hidup rukun, bergandeng tangan, bekerja bersama dan saling tolong-menolong
serta saling menghargai satu sama lain dalam mencapai tujuan hidup berbangsa
dan bernegara. Persatuan dan kesatuan bangsa sepertinya merupakan harga mati
yang tidak boleh ditawar-tawar lagi dan tidak boleh hilang dari bumi pertiwi.
Budaya
gotong-royong sebagai ciri bangsa Indonesia harus selalu dipertahankan. Hal ini
merupakan bentuk nyata solidaritas sosial dalam kehidupan masyarakat. Setiap
warga negara yang terlibat di dalamnya memiliki hak untuk dibantu dan juga
berkewajiban untuk membantu. Disini terdapat azas timbal balik yang saling
menguntungkan.
Namun
apa yang terjadi sejak munculnya arus globalisasi dan modernisasi yang oleh
sebagian orang dianggap sebagai peluang yang luar biasa hebatnya. Dampaknya
luar biasa, terutama terhadap nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan
masyarakat yang semakin individualis dan munculnya konflik sosial. Untuk
menghindari terjadinya konflik sosial di tengah-tengah masyarakat, dimasa lalu
hampir setiap saat kita selalu diingatkan, diperdengarkan dan diperlihatkan
suatu kata-kata yang indah, manis dan menarik, yaitu "Persatuan dan
Kesatuan Bangsa". Apapun upaya yang dilakukan, hampir semuanya mengarah
pada kepentingan rakyat banyak dan kebersamaan. Itu, hampir disetiap kesempatan
selalu didengungkan, baik oleh pimpinan pemerintahan, LSM dan berbagai media
massa, baik melalui radio, televisi dan surat kabar nasional.
Namun
sangat disayangkan, hal itu akhir-akhir ini hampir terlupakan atau sengaja
dilupakan dan tidak terdengar lagi. Apakah ini pertanda, kita sudah tidak lagi
peduli lagi terhadap sesama anak bangsa?
Hal
ini dapat dijadikan renungan, mau kemana arah bangsa ini ke depan, bila
persatuan dan kesatuan kita mulai goyah atau sengaja dibikin goyah.
Gotong-royong akan memudar apabila rasa kebersamaan mulai menurun dan setiap
pekerjaan tidak lagi terdapat bantuan sukarela, bahkan telah dinilai dengan
materi atau uang.
Kegiatan
gotong-royong baik di perdesaan maupun di perkotaan, wajib dijaga bersama
dengan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini menjadi strategi dalam
pola hidup bersama yang saling meringankan. Munculnya kerjasama semacam itu
sebenarnya merupakan suatu bukti adanya keselarasan hidup antar sesama bagi
komunitas, terutama yang masih menghormati dan menjalankan nilai-nilai kehidupan,
yang biasanya dilakukan oleh komunitas perdesaan atau komunitas tradisional.
Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa komunitas masyarakat yang berada di
perkotaan juga dalam beberapa hal tertentu memerlukan semangat gotong-royong.
Yang
mengakibatkan hilangnya budaya gotong royong antara lain tumbuhnya paham
individualis, komersialis di kalangan masyarakat, sehingga muncul sifat
individualistik yang acuh tak acuh dengan sesamanya, seakan tutup mata dan
telinga terhadap orang lain yang memerlukan pertolongan, hanya mau membantu
orang yang dikenal saja, bahkan tak jarang yang memiliki motto hidup,
"Tidak ada bantuan jika tidak ada imbalan". Jika itu terus dibiarkan,
maka akan tercipta perpecahan diantara anak bangsa.
Namun
demikian, dengan hiruk-pikuknya perbedaan dan peruncingan masalah yang muncul
ditengah-tengah masyarakat dan bangsa ini, kita patut bersyukur kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, bahwasanya Yayasan Damandiri yang dipimpin oleh Prof Dr
Haryono Suyono dan Dr Subiakto Tjakrawerdaja telah mencoba melakukan terobosan
sangat ampuh guna membangkitkan kembali budaya hidup gotong-royong yang
akhir-akhir ini dinilai sudah mulai memudar di tanah air tercinta ini.
Terobosan tersebut dibarengi dengan menggandeng berbagai elemen masyarakat,
termasuk pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
lembaga perbankan dan mitra kerja lainnya yang sama-sama peduli terhadap nasib
bangsa dan tidak ingin melihat bangsa ini menjadi bangsa yang terpecah-pecah.
Upaya
yang dilakukan adalah membentuk dan pengembangkan pos-pos pemberdayaan keluarga
(posdaya) di berbagai tempat di tanah air. Posdaya merupakan wahana, forum
silaturahmi dan wadah untuk membangkitkan kembali budaya gotong-royong di
masyarakat, baik di perdesaan maupun masyarakat perkotaan. Di dalam posdaya,
keluarga-keluarga diajak secara musyawarah, memecahkan berbagai persoalan di
lingkungannya, sehingga setiap anggota memiliki kesempatan untuk menyampaikan
pendapat dan keinginannya serta segala sesuatu dapat dipecahkan bersama.
Dengan
diawalinya musyawarah di tingkat akar rumput, budaya saling mengenal dan
bersilaturahmi, maka akan tercipta budaya hidup gotong-royong yang secara nyata
dilakukan. Gotong-royong bukan sekedar diomongkan di publik, tetapi benar-benar
dilaksanakan melalui posdaya. Karena di dalam posdaya segala permasalahan dapat
diselesaikan tanpa harus merasa ada yang dimenangkan maupun ada yang
dikalahkan. Semua merasa senang dan happy karena di dalam posdaya diciptakan
adanya bentuk saling menghargai dan menghormati sesama anak bangsa. Bukan lagi
memperuncing permasalahan, tetapi dengan musyawarah untuk mufakat guna
menemukan solusi yang diharapkan bersama.
Kuncinya,
di dalam posdaya keluarga berazaskan gotong-royong dan kebersamaan. Mereka
berbagi kasih dan kebahagian bersama serta semua merasakan manfaat secara
bersama. Semoga bangsa Indonesia kembali menjadi bangsa yang besar, tetap
menghargai nilai-nilai luhur leluhurnya
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar