Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 30 November 2013

Tulisan Etika Profesi Akuntansi ke 4


Kenapa Harus Jadi Mahasiswa ?

Pemuda adalah elemen penting dalam sejarah. Peran strategisnya terasa banget di beberapa momen sejarah yang lumayan penting karena perang memperebutkan kemerdekaan . Pemuda adalah yang punya modal cukup untuk membangun peradaban, dengan semangat yang membara berpadu dengan fisik yang bagus banget sama pemikiran yang visioner.
Pemuda tidak bisa lepas dari dunia kampus. Para pemuda yang menghiasi sejarah negeri ini juga merupakan produk kampus seperti Ir Soekarno, bung Hatta, Moh Natsir dan masih banyak lagi. Semuanya punya latar belakang keilmuan yang di dapat dari bangku kuliah. Tidak Cuma itu, mahasiswa juga masuk ke dalam golongan minoritas kreatif yang keberadaannya ngaruh sama kebijakan – kebijakan strategis yang ada di negeri ini.

At least ada beberapa alasan kenapa kita musti kuliah / ngampus :

Alasan Pertama
Kampus adalah pusat ilmu pengetahuan. Budaya kampus adalah budaya intelektual. Beda sama sekolah , mahasiswa punya banyak kebebasan untuk menyalurkan pemikiran, kritik dan opininya tentang segala hal. Sementara di sekolah budaya “ keseragaman ” jadi pembatas kebebasan siswa dalam berpikir !

Alasan kedua
Kampus adalah pusat informasi. Dunia kampus identik sama buku, teknologi, dan informasi. Akses informasi yang dimiliki sama masyarakat kampus biasanya lebih baik ketimbang masyarakat pada umumnya. Mahasiswa sudah amat sangat akrab dengan internet, jurnal ilmiah, buku – buku referensi dalam dan luar negeri . Sementara kalo masyarakat non kampus , akses informasi jadi lebih terbatas, kecuali bagi orang – orang yang punya kemauan buat ngedapetin lebih.

Alasan ketiga
Lingkungan kampus yang lumayan kondusif. Kampus identik sama budaya keterbukaan , kebebasan berpikir dan berekspresi , sera kreativitas dalam segala hal.

Alasan keempat
Lingkungan kampus yang heterogen. Kampus itu miniaturnya Negara. Perangkat – perangkat pemerntahan seperti legislative, eksekutif dan yudikatif ada di kampus. Secara kultur social, masyarakat kampus adalah masyarakat yang cukup plural. Penuh dengan keberagaman dari segi cara pandang, gaya hidup, berinteraksi dan masih banyak lagi.

Tulisan Etika Profesi Akuntansi ke 3

Ethical Governance

PENGERTIAN TENTANG  GCG 
Pengertian GCG menurut Bank Dunia (World Bank) adalah kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Lembaga Corporate Governance di Malaysia yaitu Finance Committee on Corporate Governance (FCCG) mendifinisikan corporate governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan aktivitas perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
Berdasarkan  Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal  31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN, disebutkan bahwa Corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, secara singkat GCG dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi stakeholders.

PRINSIP-PRINSIP GCG
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang beranggotakan beberapa negara antara lain, Amerika Serikat, Negara-negara Eropa (Austria, Belgia, Denmark, Irlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Luxemburg, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Swedia, Swis, Turki, Inggris) serta Negara-negara Asia Pasific (Australia, Jepang, Korea, Selandia Baru) pada April 1998 telah mengembangkan The OECD Principles of Corporate Governance.  Prinsip-prinsip corporate governance yang dikembangkan oleh OECD meliputi  5  (lima)  hal yaitu :
  • Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (The Rights of shareholders). 
  • Perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham  
  • Peranan Stakeholders yang terkait dengan perusahaan (The Role of Stakeholders).
  • Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency). 
  • Akuntabilitas Dewan Komisaris / Direksi (The Responsibilities of The Board).

PERANAN ETIKA BISNIS DALAM PENERAPAN GCG 

Code of Corporate and Business Conduct
Kode Etik dalam tingkah laku berbisnis di perusahaan (Code of Corporate and Business Conduct)” merupakan implementasi salah satu prinsip Good Corporate Governance (GCG). Kode etik tersebut menuntut karyawan & pimpinan perusahaan untuk melakukan praktek-praktek etik bisnis yang terbaik di dalam semua hal yang dilaksanakan atas nama perusahaan. Apabila  prinsip tersebut telah mengakar di dalam budaya perusahaan (corporate culture), maka seluruh karyawan & pimpinan perusahaan akan berusaha memahami dan berusaha mematuhi “mana yang boleh” dan “mana yang tidak boleh” dilakukan dalam aktivitas bisnis perusahaan. Pelanggaran atas Kode Etik merupakan hal  yang serius, bahkan dapat termasuk kategori pelanggaran hukum.  

Nilai Etika Perusahaan
Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan & pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan nilai pemegang saham (shareholder value). Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya, keterbukaan dan kerjasama. Kode Etik yang efektif seharusnya bukan sekedar buku atau dokumen yang tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut hendaknya dapat dimengerti oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan dan akhirnya dapat dilaksanakan dalam bentuk tindakan (action).  Beberapa contoh pelaksanaan kode etik yang harus dipatuhi oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan, antara lain masalah informasi rahasia dan benturan kepentingan (conflict of interest). 
a.   Informasi rahasia
Seluruh karyawan harus dapat menjaga informasi rahasia mengenai perusahaan dan dilarang untuk menyebarkan informasi rahasia kepada pihak lain yang tidak berhak. Informasi rahasia dapat dilindungi oleh hukum apabila informasi tersebut berharga untuk pihak lain dan pemiliknya melakukan tindakan yang diperlukan untuk melindunginya. Beberapa kode etik yang perlu dilakukan oleh karyawan yaitu harus selalu melindungi informasi rahasia perusahaan dan termasuk Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) serta harus memberi respek terhadap hak yang sama dari pihak lain. Selain itu karyawan juga harus melakukan perlindungan dengan seksama atas kerahasiaan informasi rahasia yang diterima dari pihak lain. Adanya kode etik tersebut diharapkan dapat terjaga hubungan yang baik dengan pemegang saham (share holder), atas dasar  integritas (kejujuran) dan transparansi (keterbukaan), dan menjauhkan diri dari memaparkan informasi rahasia.  Selain itu dapat terjaga keseimbangan dari kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya dengan kepentingan yang layak dari karyawan, pelanggan, pemasok maupun pemerintah dan masyarakat pada umumnya. 

b.   Conflict of interrest
Seluruh karyawan & pimpinan perusahaan harus dapat menjaga kondisi yang bebas dari suatu benturan kepentingan (conflict of interest) dengan perusahaan. Suatu benturan kepentingan dapat timbul bila karyawan & pimpinan perusahaan memiliki, secara langsung maupun tidak langsung kepentingan pribadi didalam mengambil suatu keputusan, dimana keputusan tersebut seharusnya diambil secara obyektif, bebas dari keragu-raguan dan demi kepentingan terbaik dari perusahaan. Beberapa kode etik yang perlu dipatuhi oleh seluruh karyawan & pimpinan perusahaan,  antara lain menghindarkan diri dari situasi (kondisi) yang dapat mengakibatkan suatu benturan kepentingan. Selain itu setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang merasa bahwa dirinya mungkin terlibat dalam benturan kepentingan harus segera melaporkan semua hal yang bersangkutan secara detail kepada pimpinannya (atasannya) yang lebih tinggi. 

c.   Sanksi
Setiap karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar ketentuan dalam Kode Etik tersebut perlu dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan ketentuan / peraturan yang berlaku di perusahaan, misalnya tindakan disipliner termasuk sanksi pemecatan (Pemutusan Hubungan Kerja).  Beberapa tindakan karyawan & pimpinan perusahaan yang termasuk kategori pelanggaran terhadap kode etik, antara lain mendapatkan, memakai atau menyalahgunakan asset milik perusahaan untuk kepentingan / keuntungan pribadi, secara fisik mengubah atau merusak asset milik perusahaan tanpa izin yang sesuai dan menghilangkan asset milik perusahaan .Untuk melakukan pengujian atas Kepatuhan terhadap Kode Etik tersebut perlu dilakukan semacam audit kepatuhan (compliance audit) oleh pihak yang independent, misalnya Internal Auditor, sehingga dapat diketahui adanya pelanggaran berikut sanksi yang akan dikenakan terhadap karyawan & pimpinan perusahaan yang melanggar kode etik.Akhirnya diharpkan para karyawan maupun pimpinan perusahaan mematuhi Code of Corporate & Business Conduct  yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebagai   penerapan  GCG.   

Sumber :     http://bsanti.staff.gunadarma.ac.id/ 

Template by:
Free Blog Templates