Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 06 November 2012

Penyederhanaan Nominal


Kenapa Penyederhanaan Nominal Rupiah
Mesti Dilakukan?

 
Harwanto Bimo Pratomo – www.merdeka.com
Rabu, 31 Oktober 2012

            Pemerintah dan Bank Indonesia, selama beberapa tahun ini terus menggaungkan rencana untuk melakukan penyederhanaan mata uang atau redenominasi. Dalam artian menghilangkan deretan angka nol dalam mata uang. Bisa tiga angka nol atau kurang yang dihilangkan. Penyederhanaan mata uang bukan memangkas nilai uang yang dimiliki masyarakat.
            Penghilangan angka nol dalam rupiah, dilakukan agar masyarakat terbiasa membawa uang pecahan kecil. Seiiring dengan bertambahnya inflasi maka masyarakat dipaksa membawa uang dengan dengan nominal besar.
            Kepala Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan konsekuensi dari penyederhanaan mata uang, nantinya uang logam akan muncul lagi. Saat ini uang logam sudah jarang digunakan. "Nantinya uang logam akan banyak muncul lagi, untuk satuan lebih kecil," katanya.
            Pemerintah saat ini tengah melakukan harmonisasi terhadap aturan redenominasi. Hal ini untuk meminimalkan kesalahpahaman saat pelaksanaan. Negara yang sukses melakukan penyederhanaan mata uang adalah Turki. "Memang butuh masa transisi yang tidak pendek karena kesiapan masyarakat itu penting," katanya saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (30/10).
            Dia mengatakan transisi diperlukan biar saat mata uang yang baru dan satuannya lebih kecil di lakukan, tidak dianggap ada penurunan nilai dari mata uang. Pemerintah akan berhati-hati jika rencana ini jadi dilakukan dengan memperkuat sosialisasi. "Tanpa masyarakat mengenal baik rencana ini, akan menimbulkan inflasi yang tentunya mengganggu kinerja perekonomian," katanya.
           Dia mengemukakan masyarakat harus beradapatasi, misal Rp 10.000 sama dengan Rp 10. Jadi ketika Rp 10, masyarakat tidak berfikir bahwa seperseribu dari Rp 10.000. "Aturan ini masih di tim pemerintah, belum sampai ke DPR. Mau dimatangkan dulu di tingkat pemerintah karena ini kan selain pemerintah, BI juga berkepentingan," ujarnya.

Diunduh     : Kamis, 01 November 2012 – Pukul 09.47 WIB 
Analisis              :


Menurut saya, jika rencana untuk melakukan penyederhanaan mata uang atau redenominasi menjadi kenyataan, hal tersebut tidak akan berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia. Karena redenominasi tidak akan berpengaruh ke variabel nominal apalagi ke variabel riil dalam perekonomian,. Lebih jauh, redenominasi tidak akan menyebabkan kenaikan / penurunan inflasi. Dengan waktu sosialisasi yang cukup, saya kira masyarakat Indonesia sudah cukup cerdas untuk memahami redenominasi dan mampu bertransaksi sama baiknya menggunakan rupiah lama maupun rupiah baru. Sebaga contoh, Turki telah menghilangkan 6 nol pada mata uangnya “Lira” pada 1 Januari 2005. Proses redenominasi tersebut berlangsung lancar dan tidak menyebabkan kekacauan dalam kegiatan perekonomian. Namun yang ditakutkan banyak orang tentang redenominasi ini, kalau akibatnya sama dengan sanering. Harga barang tetap sama, tetapi nilai uangnya berbeda. Nilai uang menjadi makin tidak berharga. Satu juta rupiah menjadi satu rupiah, sementara harga barang tetap satu juta rupiah. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih mematangkan rencana tersebut sebelum direalisasikan ke public. Karena jika hal tersebut terjadi, maka nasib bangsa ini akan semakin kacau

0 komentar:

Posting Komentar